Qoriah asal Bojonegoro : Ratu MTQ Nasional


Nama Rofiatul Muna kelahiran Bojonegoro 29 November 1994 akan selalu diingat. Ia berhasil meraih juara satu cabang tilawah dewasa putri pada MTQ Nasional ke-28 tahun 2020 di Sumbar. 

Saat menerima penghargaan ia mendapat sambutan dan pujian dari berbagai pihak.

Ia tampil pada malam penutupan MTQ Nasional 2020 membacakan ayat suci Alquran dengan merdu.

Seluruh peserta dan tamu yang hadir tampak  takjub dengan penampilan Qoriah tersebut.

Bahkan penampilannya disaksikan langsung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

"Gubernur Jawa Timur khusus datang janji dengan kafilah, kalau dapat juara tiga besar, pasti datang."

"Setelah diberitahu dewan hakim juara tiga, langsung dia terbang dari Jawa Timur sampai ke Sumbar," kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Rofiatul Muna menyampaikan banyak terima kasih kepada orang-orang terdekat terutama orang tua, guru-guru dan sahabat sahabatnya.

Sehingga ia bisa ikut MTQ Nasional utusan Jawa Timur dan menyabet juara.

Bisa ikut MTQ Nasional, anak kedua dari tiga bersaudara ini harus mengikuti seleksi di tingkat kabupaten terlebih dahulu.

Terakhir ia menang di MTQ tingkat provinsi Jawa Timur sehingga lolos seleksi MTQ tingkat nasional.

"Tentunya ini merupakan sebuah rahmat dari Allah," kata Rofiatul Muna.

Sehari-hari Rofiatul Muna mengajar di  Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) sebagai dosen.

Belum lama ia menjadi dosen, belum genap 1 tahun. 

Setelah lulus S2 ia langsung mengajar dan ia bersyukur atas hal itu.

Selain tilawah, Rofiatul Muna juga menghafal Alquran dari semester 5 sewaktu kuliah. 

Sambil kuliah menghafal Alquran di pondok pesantren.

"Setelah lulus S1 di Malang, saya melanjutkan hafalan sekitar 1 tahun, setelah itu baru S2 di Jakarta," tambah Rofiatul Muna.

Namun, sebutnya, ke depan ia perlu konsisten untuk mengulang bacaan setiap hari. 

Rofiatul Muna mengakui untuk menjadi juara memang perlu kerja keras.  

"Sebelum tampil, zikir dulu. Biar nanti saat membaca tenang dan fokus," tuturnya.

Selain memang karena ada bakat terpendam, Rofiatul Muna harus latihan yang keras dan konsisten, menjaga stamina, menjaga makanan.

Bukan hanya menjaga suara tetapi fisik dan kebugaran juga tidak boleh diabaikan. 

Walau qoriah kelihatannya hanya duduk  membaca Alquran, kata dia, sebenarnya peserta harus memiliki stamina dan nafas yang panjang. 

Nafas juga harus dilatih dan dilatih, tidak boleh batuk atau sakit tenggorokan yang akan mengganggu suara dan nafasnya.

Agar suara tidak terganggu, ada pelatihan khusus yang diikuti Rofiatul Muna.

Dia harus konsultasi dulu ke guru, sehingga tahu seberapa perlu suaranya itu dibenahi. 

"Apa yang perlu dibenahi dari suara harus ditanya kepada guru. Istilahnya setor bacaan ke guru, nanti guru yang akan menunjukan oh kamu suaranya seperti ini, kiblatnya harus ke sini, harus pakai lagu semacam ini, dan lainnya," jelas Rofiatul Muna.

Di dalam situasi tertentu misalnya suara serak, kata Rofiatul Muna, qori dan qoriah harus mengenali suaranya dan apa yang harus dihindari. 

Kadang ada orang yang cocok dengan makanan tertentu dan ada yang tidak cocok. 

"Kita harus pintar-pintar mengenali suara kita biar kita tahu cocok atau tidak," ungkapnya.

Pada umumnya, lanjut dia, qori-qoriah menghindari gorengan dan minuman dingin ketika mau tampil.

Tapi untuk aktivitas sehari-hari, tak ada pantangan untuk Rofiatul Muna. Tapi pengecualian bagi qori dan qoriah kalau punya alergi. 

"Ketika minum-minuman dingin, suara langsung serak. Saya bukan tipikal seperti itu, saya yang bisa makan apa aja. Jadi tergantung tipenya," imbuhnya.

Rofiatul menceritakan awal mula ia menjadi qoriah dan tilawah. 

Sejak kecil ia memang menggemari bacaan Alquran apalagi kalau mendengar suara ibunya yang merdu dadanya berdebar-debar dan kepengin bisa menjadi qoriah juga.

Menurut Rofiatul Muna, kemampuan sebagai qoriah sudah diasahnya sejak usianya 8 tahun.

"Jujur saya belajar tilawah dari ibu saya. Ibu saya qoriah juga. Berawal dari mendengar ibu saya latihan dengan gurunya, akhirnya secara tidak langsung memori itu terekam, ketika diajarkan lebih muda," jelas Rofiatul Muna.

Ia berharap, dengan adanya ajang MTQ ini dapat meningkatkan prestasi hingga internasional, serta bisa membumikan Al Quran lebih luas.

“Agar kita semua dapat lebih cinta dengan Al Quran dan mengamalkannya,” tutupnya.


Berikut ini profilnya :

Nama : Rofi’atul Muna

TTL : Bojonegoro, 29 November 1994

Fak/Jurusan : Sastra/S1 Pendidikan Bahasa Arab


Penghargaan/ kejuaraan:

• Juara I MTQ kategori anak-anak, tingkat kabupaten (Bojonegoro, 2004)

• Juara Harapan 1 MTQ kategori anak-anak, tingkat provinsi Jawa Timur (2005)

• Juara I MTQ Jam’iyatul Qurro’ wal Huffadz, tingkat provinsi Jawa Timur (Lumajang, 2007)

• Juara I MTQ Porseni, tingkat provinsi Jawa Timur (Malang, 2007)

• Juara II MTQ, tingkat provinsi Jawa Timur (Kota Blitar, 2007)

• Juara II MTQ, tingkat nasional (Banten, 2008)

• Juara I MTQ, tingkat internasional (Yogyakarta, 2008)

• Juara I MTQ kategori remaja, provinsi Jawa Timur (Jember, 2009)

• Juara Harapan 3 MTQ, tingkat nasional (Bengkulu, 2010)

• Juara II MTQ Porseni, tingkat provinsi Jawa Timur (Jember 2011)

• Juara I MTQ Universitas Negeri Malang (Malang, 2012)

• Juara I MTQ cabang Syarhil Qur’an UM (Malang, 2012)

• Juara I MTQ mahasiswa, tingkat nasional (Padang, 2013)

• Juara I MTQ tingkat nasional (Padang, 2020)


Riwayat pendidikan :

• MI Salafiyah desa Ngujo

• MTs Islamiyah Ponpes Attanwir Bojonegoro

• MA Islamiyah Ponpes Attanwir Bojonegoro

• S1 Pendidikan Bahasa Arab UM (2011-sekarang)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama